Jumat, 11 Januari 2013

Sinopsis Dan Analisis Novel



Fanny Kartika Fajriyani/ 08/  XI IPA 6
Sinopsis
Saga No Gabai Bachan
(Nenek Hebat Dari Saga)

Akihiro dilahirkan di Hiroshima, namun karena situasi perang yang begitu berat, mereka mengungsi untuk hidup di kampung halaman nenek, kehidupan di sana juga berat memang tapi justru karena kepindahan inilah keluarga akihiro lolos dari bencana bom atom yang menimpa Hiroshima. Mendengar adanya bencana bom di Hiroshima, ayah Akihiro pergi sendirian ke Hiroshima karena mencemaskan rumah mereka di sana. Akan tetapi nasib buruk menimpa ayahnya, di Hiroshima saat itu tingkat radioaktif bom masih teramat tinggi sehingga Ayah Akihiro terkena penyakit sehingga tak lama kemudian meninggal dunia.
Beberapa tahun setelah bencana bom di Hiroshima mereda, akihiro dan ibunya kembali tinggal di Kota Hiroshima. Ibu Akihiro mendirikan usaha bar di rumah mereka dulu, sehingga Akihiro harus tinggal di apartemen kecil yang di sewa ibunya jauh dari bar mereka. Setiap hari Akihiro selalu kesepian dan merindukan sosok ibu. Ibunya selalu melarang Akihiro untuk pergi menyusul dia ke bar, karena ibunya sangat mencemaskan Akihiro bila pergi keluar rumah.
Pada suatu hari Ibu mengajak Akihiro ke Stasiun untuk mengantar Bibi Kisako pulang ke Saga.  Bel keberangkatan kereta api berbunyi. Hanya beberapa saat sebelum pintu gerbong kereta di tutup terdengar suara “buk!” bersamaan dengan itu Akihiro kehilangan keseimbangan dan jatuh ke depan. Akihiro terjatuh kedalam gerbong kereta yang mulai berjalan, dia menyadari bahwa ibunya yang telah mendorongnya. Seiring berjalannya kereta, dengan sekuat tenaga Akihiro mencoba membuka pintu namun sia-sia usahanya, yang bisa dilakukannya hanyalah menangis rupanya ibunya telah merencanakan agar Akihiro dirawat oleh neneknya di Saga.
Akihiro dan bibinya sampai di Kota Saga, mereka berjalan menyusuri sungai yang gelap gulita. Sampailah mereka di sebuah gubuk kumuh beratap jerami yang ditempeli timah, rumah Nenek Osano. Ketika Bibi membuka pintu depan rumah, munculah sesosok nenek yang di luar dugaan bertubuh tinggi dan langsing, berkulit putih dan memiliki aura anggun. Setelah perkenalan itu, Bibi langsung pulang meninggalkan Akihiro bersama neneknya. Malam gelap itu Akihiro tidur kedinginan tanpa selimut.
                Keesokan harinya ketika Akihiro terbangun, neneknya sudah tidak ada di rumah. Setiap jam 4 pagi neneknya harus pergi bekerja, sehingga tidak sempat membuatkan sarapan untuknya. Sehingga Akihiro harus menanak nasi sendiri. Hingga sore hari, setiap  hari Akihiro menunggu neneknya sendirian di tepi sungai. Nenek bekerja di universitas Saga sebagai tukang bersih-bersih, setiap pulang nenek mengikat pinggangnya dengan sutas tali dan menyeret pinggangnya dengan magnet. Di magnet tersebut menempel paku-paku dan logam bekas. Menurut nenek, sayang kalau kita hanya sekedar berjalan, kalau kita berjalan sambil menarik magnet makan hasilnya akan menguntungkan, logam dan paku bekas yang menempel dapat dijual, selain itu supaya paku yang berserakan di jalan tidak mengganggu pejalan kaki. Sungguh Akihiro tercengang mendengar jawaban nenek.
                Akihiro mengikuti nenek yang berjalan kearah sungai. Dari permukaan sungai tampak sebuah galah yang rupanya sengaja di bentangkan nenek setiap harinya. Di galah tersebut tersangkut ranting pohon dan semacamnya. Ternyata nenek biasa mengumpulkan ranting yang tersangkut di galah tersebut kemudian menjadikannya kayu bakar, sehingga  sungai juga menjadi bersih. Selain itu, yang tersangkut pada galah tersebut bukan hanya ranting. Ada pasar di hulu sungai, sayur dan buah yang tidak laku dijual biasa dibuang ke sungai tersebut. Sayur dan buah tersebut tersangkut di galah. Sayur buah yang busuk dan tidak laku dijual dibuang ke sungai, tetapi bagi nenek bila bagian yang rusak dipotong, maka masih bisa dimakan. Dengan demikian, nenek tidak pernah membeli bahan makanan, semua di dapat dari sungai, sehingga nenek menyebut sungai tersebut sebagai supermarket dengan pelayanan ekstra, belanjaan langsung diantar, tanpa biya pula. Lain waktu, juga pernah ada sandal kayu yang masih baru tersangkut di galah, dan selang beberapa hari kemudian sandal yang sebelah juga hanyut dan ditemukan oleh Akihiro.
                Selama tinggal di Saga Akihiro bersekolah di SD Akamatsu di Saga, keadaan sekolah yang kumuh  jauh berbeda dengan sekolah lama Akihiro di Hiroshima. Di sekolah Akihiro hanya ikut klub olahraga lari, karena itu adalah satu-satunya yang tidak memerlukan biaya. Meski begitu nenek selalu melarang Akihiro agar tidak berlari memakai sepatu agar sepatunya tidak cepat rusak.
                Meski hidup dalam kemiskinan nenek tidak pernah mengeluh. Nenek selalu merasa cukup, nenek bahkan menyebut udang karang sebagai lobster karena menurutnya keduanya tidak jauh berbeda. Tidak hanya itu, ampas teh pun dapat menjadi abon ditangan nenek, dengan mengeringkannya dan dipanggang ulang. Sedangkan tulang ikan akan dihaluskan untuk pakan ayam.Ketika musim dingin tiba, nenek mengunakan termos air panas temuannya, termos tersebut diisi air panas selanjutnya dibungkus dengan selimut dan diletakan di bawah kaki sehingga nenek dan Akihiro merasa hangat, ketika ada tamu nenek menuangkan air dalam termos tersebut untuk di suguhkan dengan teh, meskipus terkadang tamu merasa jijik meminum termos bekas alas kaki tersebut. Meskipun hidup dalam kemiskinan Nenek Osano tidak pernah kehilangan akal untuk memanfaatkan barang-barang bekas.
Akihiro sangat berbakat dalam berlari, di setiap festival olahraga dia selalu menjadi urutan pertama dalam cabang lari. Pernah suatu saat neneknya membelikan Akihiro sepatu seharga 10.000 Yen sebagai hadiah untuk Akihiro karena telah memenangkan lomba lari. Tidak hanya itu, Akihiro juga cukup berbakat dalam olahraga Baseball. Sedangkan pelajaran Akihiro tidak terlalu pandai sehingga mendapat nilai 0 dalam ujian SMP. Meskipun begitu Akihiro bisa lulus SMP dan menerima beasiswa klub baseball di salah satu SMA di Hiroshima. Namun rupanya nenek ingin Akihiro tetap berada di Saga dan masuk ke Sekolah Bisnis Saga, sehingga neneknya bisa melihat Akihiro berlatih Baseball setiap hari dan tentu saja menginginkan Akihiro tetap tinggal bersamanya. Akihiro memang sangat ingin tinggal bersama ibunya di Hiroshima, akan tetapi meninggalkan nenek di Saga seorang diri membuatnya sedih. Akhirnya ia memutuskan untuk tinggal bersama ibunya kembali di Hiroshima
Minggu pagi itu, Akihiro bersiap-siap pergi ke Hiroshima. Nenek bukannya mengantar tetapi malah mencuci ketel di sungai. Akihiro pun berpamitan pada punggung nenek, ketika ia mengintip sedikit ke balik punggung nenek, dilihatnya nenek sedang menangis, rupanya nenek berpura-pura sibuk dan menutupi kesedihannya dengan pura-pura mencipratkan air ke wajahnya. Kemudian dengan perasaan sedih Akihiro berjalan meninggalkan nenek, mungkin sekitar dua atau tiga langkah Akihiro mendengar nenek berteriak “jangan pergi!” sambil berlari memeluknya.
Kini Akihiro telah menjadi atlet baseball yang hebat di Hisoshima, berkat kerja kerasnya dan pengalaman hidup yang didapatnya dari Nenek Osano dia mengejar mimpi-mimpinya.




A. Unsur Intrinsik Novel
1.       Judul                      : Nenek Hebat Dari Saga
2.       Tema Umum      : Kehidupan
3.       Tema Khusus     : Kesederhanaan hidup nenek dalam mendidik cucunya se
4.       Seting                    :
a.       Tempat
1)      Di statsiun kereta
Keesokan harinya aku dan ibu pergi ke stasiun Hiroshima untuk mengantar Bibi Kisako. (halaman 22)
2)      di Apartemen tempat Akihiro tinggal
Karena rumah kami dijadikan bar ,kami pun menyewa apartemen kecil seluas enam jou tikar tatami di dekat sana sebagai tempat tinggal. (halaman 25)
3)      di rumah Nenek Osano di Saga
Hari masih sore, namun kota yang bernama Saga itu sudah gelap gulita, sehingga tak jauh berbeda dengan keadaan di rumah nenek. (halaman 126)
4)      di sungai  yang berada di depan rumah nenek
Di depan rumah diapit jalan selebar sekitar empat hingga lima meter, terbentang sungai yang mengalir. (halaman 89)
5)      di lapangan baseball sekolah
Setiap harinya nenek mengantarkanku berlatih baseball di lapangan sekolah. (halaman 456)
b.      Waktu
1)      Minggu pagi
Minggu pagi itu, Aku dan ibu pergi ke stasiun Hiroshima untuk mengantar Bibi Kisako pulang ke Saga. (halaman 22)
2)      Ketika Senja
Hari mulai senja, langit berwarna jingga cerah... (halaman 28)
3)      Ketika Liburan musim panas
Aku sudah tak sabar lagi menanti liburan musim panas yang tinggal dua minggu lagi. (halaman 96)
4)      Saat festival budaya sekolah
Pagi-pagi sekali nenek sengaja mengantarkan Akihiro ke festival olahraga sekolah. (halaman 170)
5)      Saat malam hari

c.       Suasana
1)      Suasana sepi ketika setiap malam Akihiro di rumah tanpa ibunya.
2)      Mengharukan saat Akihiro di dorong ke gerbong kereta api yag sedang berjalan oleh ibunya.
3)      Suasana Mengharukan ketika Akihiro harus meninggalkan Nenek Osano dan pindah kembali ke Hiroshima untuk meneruskan SMU dan tinggal kembali bersama ibunya.
4)      Menyenangkan, bersemangat, menggembirakan ketika Akihiro berhasil memenangkan lomba lari jarak jauh di acara festival olahraga sekolahnya.

5.       Alur                        : maju
Cerita di mulai dari kelahiran Akihiro di Hiroshima hingga Akihiro tumbuh dewasa di Saga.
Tahapan alur:
a.       Pengenalan
Akihiro Tokunaga dilahirkan di Hiroshima pada saat terjadi kekacauan akibat bom atom. Sejak kecil Akihiro tak pernah melihat dan mendapat kasih sayang dari sang ayah. Ayah Akihiro meninggal akibat menolong korban bencana bom atom di Hiroshima.
b.      Penampilan masalah
Akihiro dan ibunya lalu kembali tinggal di Hiroshima dan mendirikan sebuah bar di tempat bekas rumah mereka dahulu, sehingga Akihiro harus tinggal di apartemen kecil di dekat bar ibunya seorang diri. Setiap malam Akihiro kesepian dan merindukan ibunya. Sehari-harinya Akihiro hanya ditemani oleh Bibi Kisako, adik ibunya.
c.       Klimaks
Kesokan harinya Akihiro dan ibunya pergi ke stasiun untuk mengantar Bibi Kisako pulang ke Hiroshima. Tanpa disadari, Akihiro di dorong ibunya ke dalam kereta yang sedang bergerak. Akihiro mengira ibunya akan membuangnya, namun bibi menjelakan bahwa Akihiro akan  dirawat oleh neneknya di Saga. Pada awalnya kehidupan di Saga dirasa sangat berat karena Akihiro harus bekerja setiap harinya.
d.      Antiklimaks
Setelah lama berada di Saga ternyata kehidupan di Saga tidak begitu buruk, Nenek Osano begitu baik kepada Akihiro. Nenek mengajarkan Akihiro untuk hidup sederhana dan mandiri. Banyak pelajaran yang didapat Akihiro dari neneknya hingga ia tumbuh menjadi seseorang yang mandiri.
e.      Penyelesaian
Setelah lulus SMP di Saga, Akihiro mendapat beasiswa di sekolah baseball di Hiroshima, Akihiro sangat ingin kembali ke Hiroshima akan tetapi ia juga sangat berat meninggalkan neneknya. Akhirnya Akihiro mengambil keputusan untuk kembali ke Saga bersama ibunya. Nenek Osano tentu sangat berat untuk melepaskan Akihiro, namun Akihiro tetap pergi menlnjutkan pendidikan di Hiroshima hingga ia menjadi pemain baseball dan sekaligus pelawak yang sukses.

6.       Tokoh                    :
a. Akihiro Tokunaga (Tokoh Utama)
 b. Nenek Osano
 c. Ibu Tokunaga
                 d. Ayah Tokunaga
 e. Bibi Kisako
 f. Tanaka Sensei




       5.    Penokohan:
                                a. Akihiro Tokunaga, sifatnya
1)      Pekerja keras
...sehingga Akihiro harus menanak nasi sendiri untuk makan dirinya dan untuk persembahan Dewa di kuil. (halaman 124)
2)      Tak pernah putus asa
“...meskipun gagal dalam cabang lomba lari di Festival tahunan sekolah, aku tak kan putus semangat, gumam Akihiro” (halaman 302)
3)      Cerdik dalam berpikir
“...Akihiro tak kehilangan akal, diambilnya septau baseballnya yang rusak...” (halaman 398)
4)      Rajin membantu nenek
Aku tak pernah absen latihan baseball sehingga sensei selalu terkagum-kagum... (halaman 378)
5)      Penyayang hewan
“...kura-kura itu kasihan bila dijadikan  masakan, lepaskan ke sungai saja kembali Nek!” ujar Akihiro. (halaman 410)
6)      Jujur
Aku akan mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada Tanaka Sensei, karena aku  tak ingin berbohong demi menyelamatkan teman-teman. (halaman 425)
b. Nenek Osano
1)      Kreatif
“...meskipun miskin, nenek tak pernah kehilangan akal untuk mengubah barang-barang bekas untuk digunakan ulang...” (halaman 72)
2)      Tegar menjalani kehidupan
Nenek yang sedari dulu hidup sebatangkara, tak pernah mengeluh karena harus bekerja di usianya yang sudah lanjut. (halaman 40)
3)      Pekerja keras
Keesokan harinya ketika aku terbangun, nenek sudah tidak ada di rumah, di pergi bekerja jam 4 pagi dan pulang jam 3 sore. (halaman 46)

c. Ibu Tokunaga
1)      Penyayang dan baik hati
Ibu selalu melarangku untuk pergi menyusulnya ke bar, karena ibu sangat mencemaskanku bila pergi keluar rumah sendirian. (halaman 23)
2)      Pintar menyanyi
Meski begitu, nyanyian ibu begitu indah sehingga tepuk tangan pun membahana setelahnya. (halaman 242)
3)      Ramah dan selalu ceria
Ibu menyambut ajakan teman-teman dengan senyuman, beliau memang selalu terlihat ramah. (halaman 240)
4)      Dermawan
Meskipun hidupnya dalam keadaan pas-pasan apapun keinginanku pasti akan dikabulkan oleh ibu, bahkan seringkali aku melihat ibu membagikan makanan kepada karyawannya di bar dengan cuma-cuma. (halaman 149)

d. Ayah Tokunaga
1)      Selalu sakit-sakitan
“...sejak engkau lahir ayahmu sudah berulang kali di rawat di rumah sakit..”. (halaman 17)
2)      Berjiwa besar dan suka menolong orang
“...Ayah Akihiro memutuskan untuk pergi menengok rumahnya di Hiroshima sekaligus menolong korban bencana bom atom...” (halaman 16)
e. Bibi Kisako
1)      Suka Menolong
Adik perempuan ibu yang bernama Bibi Kisako datang dari Saga untuk merawat kami
(halaman 21)
2)      Perhatian dan sayang kepada Akihiro
“...Terkadang Bibi Kisako membersihkan telingaku sambil membiarkan aku merebahkan kepala di pangkuannya.” (halaman 21)
3)      Periang
Di malam sendirian tanpa ibu sekalipun, aku tidak merasa keseian karena terhibur oleh tingkah lucu Bibi Kisako. (halaman 21)
4)      Tegar dan tabah
Kulihat Bibi tidak menangis dan mencoba menenangkanku. (halaman 24)

f. Tanaka Sensei
1)      Ramah
“...setiap kali aku bertemu dengannya selalu kujumpai senyumannya yang tak pernah surut.” (halaman 177)
2)      Tegas
Keesokan harinya, Sensei menghukum anggota baseball yang terlibat perkelahian tadi sore. (halaman 237)

7.       Gaya Bahasa
Novel ini merupakan novel terjemahan dari Bahasa Jepang, maka ada beberapa kata yang masih menggunakan Bahasa Jepang, misalnya : Tatami(lantai  tradisioal Jepang) , Sensei (guru) dan sebagainya.
8.       Amanat
a.       Janganlah mengeluh, cobalah mencari jalan keluar atas masalah yang di alami.
b.      Janganlah putus asa mengejar mimpi dan cita-cita.
c.       Hendaknya kita selalu bersikap jujur kepada semua orang  dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Perpisahan bukanlah akhir dari segalannya, maka janganlah bersedih jika harus berpisah dengan seseorang.
e.      Jangan menghambur-hamburkan uang, jika ada uang lebih, tabunglah maka akan berguna kelak kemudian hari.
f.        Hendaknya kita jangan menilai orang dari penampilan luar, tetapi dari sifat dan hatinya.

.

B.      Unsur Ekstrinsik
1.       Penulis                                  : Yoshichi Shimada
2.       Agama Penulis                   : Shinto
3.       Tempat tinggal penulis   : Di Saga lalu pindah ke Hiroshima
4.       Latar Belakang Penullis  :
Yoshichi Shimada lahir di Hiroshima,saat kehidupan di kota itu kacau karena bom atom yang menghancurkan seluruh kota. Nama sebenarnya Akihiro Tokunaga. Dia menghabiskan masa sekolah dasar dan sekolah menegah pertama di Saga. Dia merupakan pemain baseball yang terkenal dengan kecepatan larinya. Berkat asuhan dari Nenek Osano, dia kini dapat sukses dengan menjalani hidup sederhana ala Nenek Osano. Dia ingin semua orang tahu tentang cara hidup nenek sehingga dia menulis novel tentang pengalaman masa kecilnya yang berjudul “Nenek Hebat Dari Saga”.Saat ini Yoshichi masih berkarya di bidang pertelevisian. Dia membentuk kelompok lawak Manzai dan memenangkan gelar pendatang baru ternaik pada kontes manzai di NHK. Kini Yoshichi Shimada (Akihiro Tokunaga) menjadi orang yang sukses di bidang olahraga sebagai atlet dan di bidang hiburan pertelevisian.

5.       Nilai Kehidupan
a.       Nilai Moral
1)      Kita tidak boleh mengeluh atas kehidupan yang kita jalani.
2)      Belajar keras ketika ujian, bukannya malah bermain-main.
3)      Jika kita berusaha pasti ada jalan untuk mencapai mimpi-mimpi.
4)      Jangan memandang seseorang dari penampilan luarnya, tetapi pandanglah dari hati dan sifatnya.

b.      Nilai Sosial Budaya
1)      Setiap tahun di setiap sekolah di Jepang diadakan festival olahraga.
2)      Tetangga nenek Osano sering memberi makanan kepada beliau karena merasa kasihan terhadap nenek yang tinggal sendiri.
c.       Nilai Religi
1)      Setiap pagi Nenek Osano giat membersihkan kuil.
2)      Akihiro diajarkan nenek agar setiap pagi jangan lupa memberi persembahan kepada dewa di kuil.



tugas bahasa indonesia waktu kelas XI semester 1 :P



6 komentar: