Fanny Kartika Fajriyani/ 08/ XI IPA 6
Sinopsis
Saga No
Gabai Bachan
(Nenek Hebat
Dari Saga)
Akihiro dilahirkan di
Hiroshima, namun karena situasi perang yang begitu berat, mereka mengungsi
untuk hidup di kampung halaman nenek, kehidupan di sana juga berat memang tapi
justru karena kepindahan inilah keluarga akihiro lolos dari bencana bom atom
yang menimpa Hiroshima. Mendengar adanya bencana bom di Hiroshima, ayah Akihiro
pergi sendirian ke Hiroshima karena mencemaskan rumah mereka di sana. Akan
tetapi nasib buruk menimpa ayahnya, di Hiroshima saat itu tingkat radioaktif
bom masih teramat tinggi sehingga Ayah Akihiro terkena penyakit sehingga tak
lama kemudian meninggal dunia.
Beberapa tahun setelah
bencana bom di Hiroshima mereda, akihiro dan ibunya kembali tinggal di Kota
Hiroshima. Ibu Akihiro mendirikan usaha bar di rumah mereka dulu, sehingga
Akihiro harus tinggal di apartemen kecil yang di sewa ibunya jauh dari bar
mereka. Setiap hari Akihiro selalu kesepian dan merindukan sosok ibu. Ibunya
selalu melarang Akihiro untuk pergi menyusul dia ke bar, karena ibunya sangat
mencemaskan Akihiro bila pergi keluar rumah.
Pada suatu hari Ibu
mengajak Akihiro ke Stasiun untuk mengantar Bibi Kisako pulang ke Saga. Bel keberangkatan kereta api berbunyi. Hanya
beberapa saat sebelum pintu gerbong kereta di tutup terdengar suara “buk!”
bersamaan dengan itu Akihiro kehilangan keseimbangan dan jatuh ke depan.
Akihiro terjatuh kedalam gerbong kereta yang mulai berjalan, dia menyadari
bahwa ibunya yang telah mendorongnya. Seiring berjalannya kereta, dengan sekuat
tenaga Akihiro mencoba membuka pintu namun sia-sia usahanya, yang bisa
dilakukannya hanyalah menangis rupanya ibunya telah merencanakan agar Akihiro
dirawat oleh neneknya di Saga.
Akihiro dan bibinya
sampai di Kota Saga, mereka berjalan menyusuri sungai yang gelap gulita. Sampailah
mereka di sebuah gubuk kumuh beratap jerami yang ditempeli timah, rumah Nenek
Osano. Ketika Bibi membuka pintu depan rumah, munculah sesosok nenek yang di
luar dugaan bertubuh tinggi dan langsing, berkulit putih dan memiliki aura
anggun. Setelah perkenalan itu, Bibi langsung pulang meninggalkan Akihiro
bersama neneknya. Malam gelap itu Akihiro tidur kedinginan tanpa selimut.
Keesokan
harinya ketika Akihiro terbangun, neneknya sudah tidak ada di rumah. Setiap jam
4 pagi neneknya harus pergi bekerja, sehingga tidak sempat membuatkan sarapan
untuknya. Sehingga Akihiro harus menanak nasi sendiri. Hingga sore hari,
setiap hari Akihiro menunggu neneknya
sendirian di tepi sungai. Nenek bekerja di universitas Saga sebagai tukang
bersih-bersih, setiap pulang nenek mengikat pinggangnya dengan sutas tali dan
menyeret pinggangnya dengan magnet. Di magnet tersebut menempel paku-paku dan
logam bekas. Menurut nenek, sayang kalau kita hanya sekedar berjalan, kalau
kita berjalan sambil menarik magnet makan hasilnya akan menguntungkan, logam
dan paku bekas yang menempel dapat dijual, selain itu supaya paku yang
berserakan di jalan tidak mengganggu pejalan kaki. Sungguh Akihiro tercengang
mendengar jawaban nenek.
Akihiro
mengikuti nenek yang berjalan kearah sungai. Dari permukaan sungai tampak
sebuah galah yang rupanya sengaja di bentangkan nenek setiap harinya. Di galah
tersebut tersangkut ranting pohon dan semacamnya. Ternyata nenek biasa
mengumpulkan ranting yang tersangkut di galah tersebut kemudian menjadikannya
kayu bakar, sehingga sungai juga menjadi
bersih. Selain itu, yang tersangkut pada galah tersebut bukan hanya ranting.
Ada pasar di hulu sungai, sayur dan buah yang tidak laku dijual biasa dibuang
ke sungai tersebut. Sayur dan buah tersebut tersangkut di galah. Sayur buah
yang busuk dan tidak laku dijual dibuang ke sungai, tetapi bagi nenek bila
bagian yang rusak dipotong, maka masih bisa dimakan. Dengan demikian, nenek
tidak pernah membeli bahan makanan, semua di dapat dari sungai, sehingga nenek
menyebut sungai tersebut sebagai supermarket dengan pelayanan ekstra, belanjaan
langsung diantar, tanpa biya pula. Lain waktu, juga pernah ada sandal kayu yang
masih baru tersangkut di galah, dan selang beberapa hari kemudian sandal yang
sebelah juga hanyut dan ditemukan oleh Akihiro.
Selama
tinggal di Saga Akihiro bersekolah di SD Akamatsu di Saga, keadaan sekolah yang
kumuh jauh berbeda dengan sekolah lama
Akihiro di Hiroshima. Di sekolah Akihiro hanya ikut klub olahraga lari, karena
itu adalah satu-satunya yang tidak memerlukan biaya. Meski begitu nenek selalu
melarang Akihiro agar tidak berlari memakai sepatu agar sepatunya tidak cepat
rusak.
Meski
hidup dalam kemiskinan nenek tidak pernah mengeluh. Nenek selalu merasa cukup,
nenek bahkan menyebut udang karang sebagai lobster karena menurutnya keduanya
tidak jauh berbeda. Tidak hanya itu, ampas teh pun dapat menjadi abon ditangan
nenek, dengan mengeringkannya dan dipanggang ulang. Sedangkan tulang ikan akan
dihaluskan untuk pakan ayam.Ketika musim dingin tiba, nenek mengunakan termos
air panas temuannya, termos tersebut diisi air panas selanjutnya dibungkus
dengan selimut dan diletakan di bawah kaki sehingga nenek dan Akihiro merasa
hangat, ketika ada tamu nenek menuangkan air dalam termos tersebut untuk di
suguhkan dengan teh, meskipus terkadang tamu merasa jijik meminum termos
bekas alas kaki tersebut. Meskipun hidup dalam kemiskinan Nenek Osano tidak
pernah kehilangan akal untuk memanfaatkan barang-barang bekas.
Akihiro sangat
berbakat dalam berlari, di setiap festival olahraga dia selalu menjadi urutan
pertama dalam cabang lari. Pernah suatu saat neneknya membelikan Akihiro sepatu
seharga 10.000 Yen sebagai hadiah untuk Akihiro karena telah memenangkan lomba
lari. Tidak hanya itu, Akihiro juga cukup berbakat dalam olahraga Baseball.
Sedangkan pelajaran Akihiro tidak terlalu pandai sehingga mendapat nilai 0
dalam ujian SMP. Meskipun begitu Akihiro bisa lulus SMP dan menerima beasiswa
klub baseball di salah satu SMA di Hiroshima. Namun rupanya nenek ingin
Akihiro tetap berada di Saga dan masuk ke Sekolah Bisnis Saga, sehingga
neneknya bisa melihat Akihiro berlatih Baseball setiap hari dan tentu
saja menginginkan Akihiro tetap tinggal bersamanya. Akihiro memang sangat ingin
tinggal bersama ibunya di Hiroshima, akan tetapi meninggalkan nenek di Saga
seorang diri membuatnya sedih. Akhirnya ia memutuskan untuk tinggal bersama
ibunya kembali di Hiroshima
Minggu pagi itu,
Akihiro bersiap-siap pergi ke Hiroshima. Nenek bukannya mengantar tetapi malah
mencuci ketel di sungai. Akihiro pun berpamitan pada punggung nenek, ketika ia
mengintip sedikit ke balik punggung nenek, dilihatnya nenek sedang menangis,
rupanya nenek berpura-pura sibuk dan menutupi kesedihannya dengan pura-pura
mencipratkan air ke wajahnya. Kemudian dengan perasaan sedih Akihiro berjalan
meninggalkan nenek, mungkin sekitar dua atau tiga langkah Akihiro mendengar
nenek berteriak “jangan pergi!” sambil berlari memeluknya.
Kini Akihiro telah
menjadi atlet baseball yang hebat di Hisoshima, berkat kerja kerasnya
dan pengalaman hidup yang didapatnya dari Nenek Osano dia mengejar
mimpi-mimpinya.
A. Unsur Intrinsik Novel
1. Judul :
Nenek Hebat Dari Saga
2. Tema Umum : Kehidupan
3. Tema Khusus : Kesederhanaan
hidup nenek dalam mendidik cucunya se
4. Seting :
a. Tempat
1) Di statsiun kereta
Keesokan harinya aku dan ibu
pergi ke stasiun Hiroshima untuk mengantar Bibi Kisako. (halaman 22)
2) di Apartemen tempat Akihiro tinggal
Karena rumah kami dijadikan bar
,kami pun menyewa apartemen kecil seluas enam jou tikar tatami di
dekat sana sebagai tempat tinggal. (halaman 25)
3) di rumah Nenek Osano di Saga
Hari masih sore, namun kota
yang bernama Saga itu sudah gelap gulita, sehingga tak jauh berbeda dengan
keadaan di rumah nenek. (halaman 126)
4) di sungai yang berada di
depan rumah nenek
Di depan rumah diapit jalan
selebar sekitar empat hingga lima meter, terbentang sungai yang mengalir.
(halaman 89)
5) di lapangan baseball sekolah
Setiap harinya nenek
mengantarkanku berlatih baseball di lapangan sekolah. (halaman 456)
b. Waktu
1) Minggu pagi
Minggu pagi itu, Aku dan
ibu pergi ke stasiun Hiroshima untuk mengantar Bibi Kisako pulang ke Saga. (halaman
22)
2) Ketika Senja
Hari mulai senja, langit
berwarna jingga cerah... (halaman 28)
3) Ketika Liburan musim panas
Aku sudah tak sabar lagi
menanti liburan musim panas yang tinggal dua minggu lagi. (halaman 96)
4) Saat festival budaya sekolah
Pagi-pagi sekali nenek sengaja mengantarkan Akihiro ke
festival olahraga sekolah. (halaman 170)
5) Saat malam hari
c. Suasana
1) Suasana sepi ketika setiap malam Akihiro di rumah tanpa ibunya.
2) Mengharukan saat Akihiro di dorong ke gerbong kereta api yag
sedang berjalan oleh ibunya.
3) Suasana Mengharukan ketika Akihiro harus meninggalkan Nenek
Osano dan pindah kembali ke Hiroshima untuk meneruskan SMU dan tinggal kembali
bersama ibunya.
4) Menyenangkan, bersemangat, menggembirakan ketika Akihiro
berhasil memenangkan lomba lari jarak jauh di acara festival olahraga
sekolahnya.
5. Alur :
maju
Cerita di mulai dari kelahiran
Akihiro di Hiroshima hingga Akihiro tumbuh dewasa di Saga.
Tahapan alur:
a. Pengenalan
Akihiro
Tokunaga dilahirkan di Hiroshima pada saat terjadi kekacauan akibat bom atom.
Sejak kecil Akihiro tak pernah melihat dan mendapat kasih sayang dari sang
ayah. Ayah Akihiro meninggal akibat menolong korban bencana bom atom di
Hiroshima.
b. Penampilan masalah
Akihiro dan
ibunya lalu kembali tinggal di Hiroshima dan mendirikan sebuah bar di tempat
bekas rumah mereka dahulu, sehingga Akihiro harus tinggal di apartemen kecil di
dekat bar ibunya seorang diri. Setiap malam Akihiro kesepian dan merindukan
ibunya. Sehari-harinya Akihiro hanya ditemani oleh Bibi Kisako, adik ibunya.
c. Klimaks
Kesokan
harinya Akihiro dan ibunya pergi ke stasiun untuk mengantar Bibi Kisako pulang
ke Hiroshima. Tanpa disadari, Akihiro di dorong ibunya ke dalam kereta yang
sedang bergerak. Akihiro mengira ibunya akan membuangnya, namun bibi menjelakan
bahwa Akihiro akan dirawat oleh neneknya
di Saga. Pada awalnya kehidupan di Saga dirasa sangat berat karena Akihiro
harus bekerja setiap harinya.
d. Antiklimaks
Setelah lama berada di Saga ternyata kehidupan di Saga
tidak begitu buruk, Nenek Osano begitu baik kepada Akihiro. Nenek mengajarkan
Akihiro untuk hidup sederhana dan mandiri. Banyak pelajaran yang didapat
Akihiro dari neneknya hingga ia tumbuh menjadi seseorang yang mandiri.
e. Penyelesaian
Setelah
lulus SMP di Saga, Akihiro mendapat beasiswa di sekolah baseball di
Hiroshima, Akihiro sangat ingin kembali ke Hiroshima akan tetapi ia juga sangat
berat meninggalkan neneknya. Akhirnya Akihiro mengambil keputusan untuk kembali
ke Saga bersama ibunya. Nenek Osano tentu sangat berat untuk melepaskan
Akihiro, namun Akihiro tetap pergi menlnjutkan pendidikan di Hiroshima hingga
ia menjadi pemain baseball dan sekaligus pelawak yang sukses.
6. Tokoh :
a. Akihiro Tokunaga (Tokoh
Utama)
b. Nenek Osano
c. Ibu Tokunaga
d. Ayah Tokunaga
e. Bibi Kisako
f. Tanaka Sensei
5. Penokohan:
a.
Akihiro Tokunaga, sifatnya
1)
Pekerja keras
...sehingga Akihiro harus
menanak nasi sendiri untuk makan dirinya dan untuk persembahan Dewa di kuil.
(halaman 124)
2)
Tak pernah putus asa
“...meskipun gagal dalam
cabang lomba lari di Festival tahunan sekolah, aku tak kan putus semangat,
gumam Akihiro” (halaman 302)
3)
Cerdik dalam berpikir
“...Akihiro tak kehilangan
akal, diambilnya septau baseballnya yang rusak...” (halaman 398)
4)
Rajin membantu nenek
Aku tak pernah absen latihan baseball
sehingga sensei selalu terkagum-kagum... (halaman 378)
5)
Penyayang hewan
“...kura-kura itu kasihan bila
dijadikan masakan, lepaskan ke sungai
saja kembali Nek!” ujar Akihiro. (halaman 410)
6)
Jujur
Aku akan mengatakan kejadian
yang sebenarnya kepada Tanaka Sensei, karena aku tak ingin berbohong demi menyelamatkan
teman-teman. (halaman 425)
b. Nenek Osano
1)
Kreatif
“...meskipun miskin, nenek tak
pernah kehilangan akal untuk mengubah barang-barang bekas untuk digunakan
ulang...” (halaman 72)
2)
Tegar menjalani kehidupan
Nenek yang sedari dulu hidup
sebatangkara, tak pernah mengeluh karena harus bekerja di usianya yang sudah
lanjut. (halaman 40)
3)
Pekerja keras
Keesokan harinya ketika aku
terbangun, nenek sudah tidak ada di rumah, di pergi bekerja jam 4 pagi dan
pulang jam 3 sore. (halaman 46)
c. Ibu Tokunaga
1) Penyayang dan baik hati
Ibu selalu melarangku untuk
pergi menyusulnya ke bar, karena ibu sangat mencemaskanku bila pergi keluar
rumah sendirian. (halaman 23)
2) Pintar menyanyi
Meski begitu, nyanyian ibu
begitu indah sehingga tepuk tangan pun membahana setelahnya. (halaman 242)
3) Ramah dan selalu ceria
Ibu menyambut ajakan
teman-teman dengan senyuman, beliau memang selalu terlihat ramah. (halaman 240)
4) Dermawan
Meskipun hidupnya dalam
keadaan pas-pasan apapun keinginanku pasti akan dikabulkan oleh ibu, bahkan
seringkali aku melihat ibu membagikan makanan kepada karyawannya di bar dengan
cuma-cuma. (halaman 149)
d. Ayah Tokunaga
1)
Selalu sakit-sakitan
“...sejak engkau lahir ayahmu
sudah berulang kali di rawat di rumah sakit..”. (halaman 17)
2)
Berjiwa besar dan suka
menolong orang
“...Ayah Akihiro memutuskan
untuk pergi menengok rumahnya di Hiroshima sekaligus menolong korban bencana
bom atom...” (halaman 16)
e. Bibi Kisako
1)
Suka Menolong
Adik perempuan ibu yang
bernama Bibi Kisako datang dari Saga untuk merawat kami
(halaman 21)
2)
Perhatian dan sayang kepada
Akihiro
“...Terkadang Bibi Kisako
membersihkan telingaku sambil membiarkan aku merebahkan kepala di pangkuannya.”
(halaman 21)
3)
Periang
Di
malam sendirian tanpa ibu sekalipun, aku tidak merasa keseian karena terhibur
oleh tingkah lucu Bibi Kisako. (halaman 21)
4)
Tegar dan tabah
Kulihat Bibi tidak menangis
dan mencoba menenangkanku. (halaman 24)
f. Tanaka Sensei
1) Ramah
“...setiap kali aku bertemu
dengannya selalu kujumpai senyumannya yang tak pernah surut.” (halaman 177)
2) Tegas
Keesokan harinya, Sensei
menghukum anggota baseball yang terlibat perkelahian tadi sore. (halaman
237)
7. Gaya Bahasa
Novel ini
merupakan novel terjemahan dari Bahasa Jepang, maka ada beberapa kata yang
masih menggunakan Bahasa Jepang, misalnya : Tatami(lantai tradisioal Jepang) , Sensei (guru) dan
sebagainya.
8. Amanat
a. Janganlah mengeluh, cobalah mencari jalan keluar atas masalah
yang di alami.
b. Janganlah putus asa mengejar mimpi dan cita-cita.
c. Hendaknya kita selalu bersikap jujur kepada semua orang dalam kehidupan sehari-hari.
d. Perpisahan bukanlah akhir dari segalannya, maka janganlah
bersedih jika harus berpisah dengan seseorang.
e. Jangan menghambur-hamburkan uang, jika ada uang lebih, tabunglah
maka akan berguna kelak kemudian hari.
f.
Hendaknya kita jangan
menilai orang dari penampilan luar, tetapi dari sifat dan hatinya.
.
B.
Unsur Ekstrinsik
1.
Penulis : Yoshichi
Shimada
2.
Agama Penulis : Shinto
3.
Tempat tinggal penulis : Di Saga lalu pindah ke Hiroshima
4.
Latar Belakang Penullis :
Yoshichi Shimada lahir di
Hiroshima,saat kehidupan di kota itu kacau karena bom atom yang menghancurkan
seluruh kota. Nama sebenarnya Akihiro Tokunaga. Dia menghabiskan masa sekolah
dasar dan sekolah menegah pertama di Saga. Dia merupakan pemain baseball
yang terkenal dengan kecepatan larinya. Berkat asuhan dari Nenek Osano, dia
kini dapat sukses dengan menjalani hidup sederhana ala Nenek Osano. Dia ingin
semua orang tahu tentang cara hidup nenek sehingga dia menulis novel tentang
pengalaman masa kecilnya yang berjudul “Nenek Hebat Dari Saga”.Saat ini
Yoshichi masih berkarya di bidang pertelevisian. Dia membentuk kelompok lawak Manzai
dan memenangkan gelar pendatang baru ternaik pada kontes manzai di NHK.
Kini Yoshichi Shimada (Akihiro Tokunaga) menjadi orang yang sukses di bidang
olahraga sebagai atlet dan di bidang hiburan pertelevisian.
5.
Nilai Kehidupan
a. Nilai Moral
1) Kita tidak boleh mengeluh atas kehidupan yang kita jalani.
2) Belajar keras ketika ujian, bukannya malah bermain-main.
3) Jika kita berusaha pasti ada jalan untuk mencapai mimpi-mimpi.
4) Jangan memandang seseorang dari penampilan luarnya, tetapi
pandanglah dari hati dan sifatnya.
b. Nilai Sosial Budaya
1) Setiap tahun di setiap sekolah di Jepang diadakan festival
olahraga.
2) Tetangga nenek Osano sering memberi makanan kepada beliau karena
merasa kasihan terhadap nenek yang tinggal sendiri.
c. Nilai Religi
1) Setiap pagi Nenek Osano giat membersihkan kuil.
2) Akihiro diajarkan nenek agar setiap pagi jangan lupa memberi
persembahan kepada dewa di kuil.
tugas bahasa indonesia waktu kelas XI semester 1 :P
sekkarang kelas berapa?
BalasHapussaya sekarang kelas 11 SMA :)
Hapussaya sekarang kelas 11 :)
BalasHapusUntung ada nih jadi ga usah susah2 mikir, akwkwa. Makasih ya
BalasHapusizin sedot n curry gan :D
BalasHapusmantap lah , nemu web bahasa beginian sukses terus :)
BalasHapus#tahun2019